11 Misteri Kebo Kyai Slamet Surakarta (Part 2)

kebo bule

Ini adalah bagian kedua artikel ini mulai dari misteri keempat sampai kesebelas. Jika ingin membaca bagian pertama artikel, silahkan klik di sini.

4.Andil Kyai Slamet dalam Pemindahan Keraton.

Alkisah, pada tahun 1725 setelah pemberontakan Pangeran Mangkubumi usai dan istana Kartasura hancur, Paku Buwono II bermaksud mencari lokasi keraton yang baru. Leluhur kerbau bule pun dilepas dan jejaknya diikuti para abdi dalem keraton sampai akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi Keraton Surakarta.

5. Pembawa Rezeki

Dulu, di sebelah selatan gerbang keraton, terdapat sebuah pasar tradisional yang sering disebut dengan Pasar Gading. Pasar tersebut dikenal sangat ramai terutama Hari Minggu.

Sebelum Pasar Gading dipindah ke daerah Glembegan, kerbau-kerbau keturunan Kyai Slamet sering berkeliaran di sana. Anehnya, meski sayur-mayur dan buah-buahan melimpah ruah, Kyai Slamet tidak pernah mengganggu dagangan warga. Hanya ketika lapar, Kyai Slamet mau makan singkong rebus dan pisang goreng. Momen-momen ini justru ditunggu para pedagang untuk berlomba-lomba memberi makan sang kerbau sebagai upaya “ngalap berkah” dan “penglaris”. Konon, dagangan yang dimakan Kyai Slamet akan laris-manis selama 40 hari dan bahkan dagangan bisa ludes terjual dalam satu atau dua jam saja.

6. Makanan dan Minuman Kesukaannya

Selain makan singkong rebus dan pisang goreng di pasar ketika lapar, kerbau-kerbau tersebut juga suka minum kopi dan makan telur mentah sebelum prosesi kirab 1 Suro.

7. Merantau lebih dari 100 KM

Kerbau-kerbau ini gemar merantau sangat jauh untuk mencari makan. Mereka berkelana tanpa diikuti oleh abdi dalem yang bertugas menggembalakannya. Biasanya kawanan kerbau ini merantau sampai Boyolali, Wonogiri, Salatiga, Magelang, bahkan Cilacap yang jaraknya 100 KM lebih dari Solo, dan pernah juga sampai Madiun, Jawa Timur. 

Dalam masa perantauan, tidak ada yang berani mengusiknya. Pernah ada cerita seseorang mencoba mengikat kebo Kyai Slamet, tapi tidak sampai seperempat jam, orang tersebut terjatuh pingsan.

Kawanan kerbau bule ini jarang ada di Keraton, tapi anehnya menjelang tahun baru 1 Suro atau 1 Hijriah, mereka akan pulang untuk menghadiri ritual kirab pusaka. Sekarang sudah dibuatkan kandang permanen di Alun-alun Kidul agar tidak lagi pergi jauh, dan sekarang menjadi tontonan masyarakat yang ingin menyaksikannya.

8. Prosesi Kirab Kyai Slamet.

Setiap tahun baru 1 Suro, keturunan-keturunan kerbau bule ini menjadi cucuk lampah atau pengawal pusaka Kyai Slamet dan pusaka-pusaka lain. Mereka diarak oleh abdi dalem Keraton dan masyarakat sekitar dari kandangnya sampai halaman depan keraton.

Prosesi kirab biasanya dimulai pada tengah malam, kadang pula dilaksanakan pada pukul satu atau dua dini hari tergantung keinginan sang kerbau untuk keluar kandang.

9. Sakralnya Kotoran Kyai Slamet.

Selama prosesi kirab, para warga berebut mengelus kerbau-kerbau itu sebagai tradisi “ngalap berkah”. Bahkan beberapa warga menunggu Kyai Slamet membuang kotoran lalu mereka memperebutkannya dengan niat mendapatkan keselamatan dan rejeki berlimpah, dan ada pula yang percaya bahwa kotoran tersebut dapat menghindarkan sawah dari gagal panen.

Namun pihak keraton tidak pernah menyatakan “lethong” atau kotoran kerbau itu bisa mendatangkan berkah dan sebagainya sebagaimana yang dipercaya beberapa warga.

10. Keturunannya Sekarang.

Saat ini kerbau keturunan Kyai Slamet berjumlah 11 ekor. Namun kerbau bule yang dipercaya sebagai keturunan murni Kyai Slamet (tidak ada silsilah perkawinan dengan kerbau kampung) saat ini hanya tersisa enam ekor. Mereka bernama Kyai Bodong, Debleng Sepuh, Debleng Muda, Joko Semengit, Manis Sepuh, dan Manis Muda. 

Kyai Bodong adalah jantan tertua keturunan murni Kyai Slamet dan biasanya menjadi pemimpin prosesi kirab.

11. Tewasnya Kyai Bagong dan prosesi pemakamannya.

Kyai Bodong sebenarnya memiliki adik bernama Kyai Bagong yang tewas pada November 2014 silam karena ditusuk tombak oleh orang tak dikenal. Abdi dalem yang khusus merawat kerbau bule tersebut mengaku sudah mendapat firasat aneh sebelum kematian Kyai Bagong. Menurut 
pengakuannya, akhir-akhir ini Kyai Bagong sering memisahkan diri dari kawanan lainnya dan tidak lagi menuruti saat disuruh sang abdi dalem.

Ritual pemakaman agak mirip dengan memakamkan manusia. Mulai dari ritual memandikan dengan mawar, dikafani seluruh tubuh kecuali kepala, dihias melati di sekeliling tubuhnya, dimakamkan dan ditaburi bunga, hingga ditutup dengan doa.

Belum ada Komentar untuk "11 Misteri Kebo Kyai Slamet Surakarta (Part 2)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel