Misteri Reruntuhan "Kota Atlantis" di Bawah Laut Jepang

yonaguni

Di Jepang terdapat monumen raksasa yang diduga merupakan peninggalan Kota Atlantis. Monumen ini disebut Yonaguni (与那国島海底地形), berlokasi di sebelah selatan Ryuku, Jepang. Kira-kira 100 kilometer sebelah timur Taiwan. Banyak perdebatan dikalangan ilmuwan mengenai bangunan kontroversial ini, banyak diantaranya mengaitkan reruntuhan Yonaguni sebagai penginggalan peradaban maju Atlantis yang telah hilang terendam akibat air bah. Ada juga yang mengatakan ini hanyalah struktur alami yang terjadi secara natural.

Fenomena ini menarik perhatian jurnalis, ilmuwan dan ahli geologi di seluruh dunia. Seperti Masaaki Kimura, Graham Hancock, dan Robert Schoch yang mencoba menguak misteri legenda dibalik reruntuhan Yonaguni. Menurut mereka monumen tersebut adalah formasi batuan tenggelam sisa-sisa peradaban Jepang yang hidup antara 5.000 sampai 10.000 tahun silam.

Kihachiro Aratakea, direktur Asosiasi Turis Yonaguni-Cho, menemukan struktur aneh tersebut ketika melakukan penyelaman pada tahun 1985. Di tahun 1997, Masaaki Kimura, seorang pakar geologi laut di University of Ryuku Jepang, mengunjungi situs ini bersama tim ilmuwan lainnya. Kimura telah menghabiskan waktu bertahun-tahun menjelajahi reruntuhan Yonaguni, dan akhirnya menyimpulkan bahwa struktur ini dibuat oleh manusia.

Kimura menyatakan: "Struktur terbesar (monumen Yonaguni) terlihat seperti piramida rumit, monolitik dan berundak yang naik dari kedalaman 25 meter." Dia menekankan bahwa struktur tersebut tidak terisolasi. 10 Struktur lain juga ditemukan di Yonaguni, termasuk sebuah kastil, 5 struktur mirip candi dan bangunan lain yang terlihat seperti stadion raksasa. Menariknya semua struktur ini terhubung oleh suatu jalan dan jalur air.

pulau yonaguni

Dia menemukan bahwa monumen itu terbuat dari batu pasir, dan berasal dari satu formasi batuan. Membentuk bujur sangkar raksasa dengan panjang 150 meter dan lebar 40 meter, dengan ketinggian mencapai 27 meter. Diatas puncaknya di mahkotai pahatan batu yang berbentuk kura-kura. Dia juga menemukan karakter yang terukir diatas batu yang sesuai dengan naskah Kaida kuno, suatu tulisan yang digunakan sebelum berlakunya tulisan Jepang modern.

"Karakter dan monumen hewan di air, yang telah saya rekonstruksi sebagian di laboratorium saya, menunjukkan bahwa budaya mereka berasal dari benua Asia. Salah satu contoh yang saya gambarkan sebagai sphinx bawah laut menyerupai seorang dari Cina atau raja Okinawa purba." Katanya.

Namun, seorang ahli geologi laut, Robert M. Schoch yang memeriksa bersama Kimura dan Hancock di tahun 1997, memiliki pendapat berbeda. Dia percaya bahwa monumen Yonaguni sebenarnya hanyalah formasi alami. Dia juga menyimpulkan bahwa monumen itu diciptakan oleh erosi gelombang laut selama jutaan tahun.

"Pertama kali saya menyelam di sana, saya tahu itu bukan buatan manusia," kata Schoch. "Ini tidak teratur seperti yang diklaim banyak orang, dan sudut pandang dan simetri tidak benar terdapat dibanyak tempat."

struktur kura-kura

"Professor Kimura berkata dia telah melihat sejenis tulisan dan gambar, tapi itu hanyalah goresan diatas batuan yang terjadi secara natural." Katanya. "Dia menafsirkannya sebagai buatan manusia, tapi saya tidak tahu dari mana asalnya."

"Cara terbaik terbaik untuk mendapatkan jawaban definitif tentang asalnya adalah dengan tetap kembali dan mengumpulkan lebih banyak bukti." Kata Kimura. "Jika saya tidak memiliki sebuah kesempatan untuk melihat struktur ini sendiri, saya mungkin akan skeptis juga." Tambahnya.

Faktanya, Touri Ouchi, seorang profesor seismologi di Universitas Kobe, mendukung Kimura dalam menangani masalah ini. Dia menyatakan bahwa ia tidak pernah melihat struktur seperti ini, di atas atau di bawah air, akibat aktivitas tektonik.

"Saya juga menyelam di sana dan menyentuh piramida," katanya. "Apa yang dikatakan Profesor Kimura tidak dibesar-besarkan sama sekali. Mudah untuk mengatakan bahwa benda-benda peninggalan itu bukan disebabkan oleh gempa bumi."

Kimura percaya bahwa ketika Yonaguni dibangun, permukaan laut jauh lebih rendah dari sekarang, dan Pulau Yonaguni adalah dataran yang terhubung dengan pulau Taiwan. Itu kemungkinan besar merupakan jalur perdagangan laut yang penting.

Bagaimana peradaban ini bisa hilang, dan apa yang terjadi pada semua orang yang tinggal di sana? Menurut Kimura, kota ini bisa saja terbengkalai saat permukaan air laut naik, yang akhirnya menyebabkan kota hilang, atau gempa besar bisa saja menyebabkan pulau tersebut dan penghuninya tenggelam di bawah ombak. Jadi, pendapat manakah yang lebih kamu percaya?

Baca Juga Misteri Tenggelamnya Peradaban Atlantis

Belum ada Komentar untuk "Misteri Reruntuhan "Kota Atlantis" di Bawah Laut Jepang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel